Salut terhadap penulis yang selalu on fire, siap menulis dalam keadaan apapun. Baik tidak adanya mood apalagi adanya mood bagus, penulis on fire seakan selalu produktif berkarya. Tiap hari, tiap jam atau pun tiap menit selalu ada saja ide menulis untuk dituangkan menjadi rangkaian kata. Dan akhirnya berpuluh-puluh tulisan, tercipta dari penulis ini tiap minggunya.
Berbeda dengan penulis mandul, ia produktif hanya di kala suasana moodnya bagus. Bisa ditebak, kalau ia berada di dalam suasana jelek atau dalam keadaan mood tidak bagus, maka produtivitas menulisnya menurun atau malah berhenti sama sekali. Lalu biasanya penulis ini, mencari-cari alasan kenapa ia tidak bisa menulis lagi.
Pemain bola
Berbicara on fire, jadi teringat para pemain bola. Ya karena istilah “on fire” memang diambil dari bahasan tema sepak bola. Biasanya istilah on fire bagi pemain bola dialamatkan kepada penyerang atau striker. Misal “Torres sedang on fire,” berarti Torres lagi bagus-bagusnya dalam hal produktivitas gol. Bagaimana kalau Torres tidak produktif dalam mencetak gol? Benar berarti Torres sedang mandul dalam hal memasukkan bola ke gawang lawan.
Nah pertanyaannya adalah (ini masih dalam permisalan lho, jadi jangan terfokus dalam hal pengumpamaan ini): Pernahkah Torres dalam keadaan mandul mencetal gol dalam jangka waktu tertentu? lalu, biasanya siapa saja yang mengatakan Torres dalam keadaan mandul? Apa yang dilakukan Torres walau ia dalam keadaan mandul?
Untuk jawaban pertama, ya. Untuk jawaban pertanyaan kedua di atas, nah ini yang unik (bentuk penghalusan dari istilah lucu). Walau memang berdasarkan pengamatan yang benar, biasanya yang mengatakan Torres itu mandul , adalah para penonton (yang menikmati sepak bola, entah itu datang dari para fansnya atau dari fans klub bola lawan). Dengan kalimat lain, Torres tidak mengatakan ia sedang mandul, apalagi teman-teman setimnya seringkali membela bahwa Torres sedang tidak mandul.
Analogi
Jawaban pertanyaan terakhir adalah, Torres tetap berlatih dan bertanding sepak bola walau ia dalam keadaan mandul. Ya sebab memang sudah tuntutannya sebagai pemain sepak bola profesional. Cukup di sini berbicara sepak bola, sekarang mari kembali lagi ke tema penulis on fire. Jika analogi dari ketiga pertanyaan di atas diambil untuk membahas penulis on fire, bisakah didapat kiat-kiat untuk penulis mandul agar produktif kembali?
Maksudnya begini, adakah cara mengatasi kemandulan menulis melalui analogi pemain bola yang on fire? Kalau ada bagaimana caranya? Mari memulai dari jawaban ketiga, yaitu terus berlatih. Ibarat pemain bola yang mandul tapi terus berlatih, mungkin seharusnya penulis yang dalam keadaan mood tidak bagus, terus menulis untuk menghasilkan karya.
Bagaimana kalau karya tulisan yang dihasilkan penulis mandul, itu jelek atau tidak bagus? Nah kembali ke analogi jawaban kedua, biasanya yang mengatakan suatu tulisan itu tidak bagus, datang dari pembaca. Lebih jauh, poinnya adalah penilaian orang lain terhadap suatu karya tulisan. Nah kalau berbicara penilaian (terutama datang dari orang lain), pertanyaannya adalah: Apakah penilaian dari orang lain, berpengaruh terhadap mental penulis?

Lagi-lagi kembali ke analogi sepak bola. Perhatikan walaupun para penonton sepak bola mengatakan Torres sedang mandul, ia tidak peduli apalagi teman-teman setimnya. Ketidakpedulian itu, Torres buktikan dengan terus berlatih dan bertanding. Artinya, mungkin seharusnya sikap penulis mandul juga begitu. Ia tidak peduli omongan orang lain yang mengatakan (cenderung ke stigma), ia sedang mandul dalam produktivitas menulis.
Pertanyaan terakhir, pernahkah penulis dalam keadaan mandul merangkai kata dalam jangka waktu tertentu? kalau mengikuti adagium “penulis juga manusia” serta analogi jawaban pertama, iya. Titik poinnya adalah: Seberapa sering penulis mengalami kemandulan? Kalau jawaban pertanyaan ini, sepertinya hanya penulis sendiri yang tahu karena penilaian penulis sedang mandul datang dari orang lain.
Jadi, Bisakah hal-hal ini disimpulkan menjadi semacam kiat menulis? Tak ada kata mandul dalam menulis, teruslah berlatih dan jangan pedulikan penilaian orang lain yang mengatakan tulisan yang tercipta itu jelek, buruk atau tidak bagus.