Dokumentasi Imawan Anshari
Dokumentasi Imawan Anshari

Satu porsi pun telah terhidang di hadapan. Menggunakan piring besar, di atasnya tersaji dua kerat Steak Sirloin, beberapa kentang french fries, dan sedikit lalapan sayur yang telah direbus seperti potongan wortel, mentimun, buncis dan kembang kol. Dan tidak lupa pula ada Black Pepper Sauce.

 

Seperti biasanya sebelum menyantap hidangan, saya mendokumentasikan menu yang bernama Outback Special 8 oz itu dengan kamera smartphone lalu men-share-nya ke Facebook. Tak lama ada teman FB yang merespon “dagingnya item amat.”

 

Dari mengamatinya sekali lagi, saya pun setuju dengan pendapat teman FB, Warna permukaan daging depan dan belakang, hitam gosong menutupi hampir semua warna merah steak. Namun yang saya kagumi, ketika potongan daging steak itu berada di mulut tidak ada rasa gosong daging.

 

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi

Sebaliknya, kelezatan juicy marble steak masih sangat terasa melumeri lidah. Suatu hasil kenikmatan dari upaya penuh perjuangan memotong-motong daging steak. Ya penuh perjuangan karena diperlukan sedikit usaha untuk membelah steak saya yang alot.

Sederhananya, alot ketika dipotong dengan pisau tapi empuk ketika dikunyah. Inilah salah satu keunggulan penggolahan daging steak dari Resto Outback Steakhouse yang salah satu lokasinya di Kuningan City, unit 28, Jalan Prof Dr Satrio Kavling 18 Kuningan.

Maka dari itu, saya bersyukur sekali diberi kesempatan untuk menghadiri OpenRice Gathering With Outback Steakhouse pada hari Sabtu, 1 Februari 2013. Ya hal itu karena dalam event itu saya jadi tahu tentang seluk beluk daging steak. Sebagai pemula karnivora steak, pengetahuan mengenal jenis-jenis daging Steak dan pengolahannya sangat berguna untuk bertualang wisata kuliner steak.

“Mas, pesanan steaknya mau diganti?” di tengah sedang asyiknya menikmati Outback Special 8oz dan memotong-motong keratannya, Bu Rima Putri July (Sales Manager Outback Steakhouse) menyapa saya. “oh, nggak Bu,” saya menjawab sembari bertanya dalam hati kenapa.

“Itu steak yang Mas pesan, Outback Special 8oz dagingnya keras, kelihatan dari penampakannya,” Jelas Bu Rima. Apa yang dikatakan Bu Rima dengan komentar teman FB saya ternyata cocok, daging steak di hadapan saya overcook.

Pantas saja, saya agak ngotot ketika memotong daging steak. “Outback Special memang begitu. Seratnya agak banyak. Jadi kalau mau pesan menu ini, diusahakan jangan Well Done karena tingkat kematangan murble-nya akan membuat daging menjadi keras,” papar Bu Rima menjelaskan mengapa saya salah pilih pesan untuk tingkat kematangan steak.

Dari penjelasan Bu Rima selanjutnya, saya jadi tahu, kadang ada pengunjung restoran yang complain “kok dagingnya keras, pasti dimasaknya nggak bagus.” Padahal bukan karena dimasak kurang bagus, tapi pengunjung itu belum punya pemahaman tentang jenis daging Steak. Apa itu Sirloin, Tenderloin dan Prime? Lalu apa perbedaan dari ketiganya? Paling tidak, hal dasar itu dulu yang harus dipahamin ketika ingin menyantap steak.

Steakopedia

Nah terkait tentang memahami jenis daging steak, saya bersama teman-teman blogger lainnya diberi pengetahuan aneka daging steak oleh Mr. Dilip krishnan (Head of Marketing, South East Asia Outback Steakhouse).

Ternyata dalam presentasi Mr Dilip, materi yang diberikan bukan hanya tentang jenis-jenis daging steak (beef cuts) tetapi juga tentang bagaimana kualitas daging steak di Outback (Beef Grading), apa dan bagaimana tingkat kematangan daging steak yang disajikan Outback (Steak Doneness), bagaimana daging steak disimpan sekaligus diracik di Outback (Aging Process), bagaimana daging steak diolah di Outback (Cooking Methods), dan bagaimana daging steak disajikan kepada pengunjung Outback (Meat To Steak Tranformation).

Saya baru mengerti ternyata inilah alasannya kenapa OpenRice Gathering With Outback Steakhouse diberi nama tema Steakopedia. Ya hal ini karena setiap peserta gathering pada hari itu dibekali semacam ensiklopedia tentang pengetahuan steak. Sederhananya, segala apa yang dipresentasikan Mr. Dilip krishnan terangkum dalam kata steakopedia.

Kesan saya terhadap presentasi pria kelahiran India itu awalnya bingung apa yang bicarakan (“ya karena Mr Dilip berbicara menggunakan bahasa Inggris yang agak sulit saya pahamin”). Untungnya saya mendokumentasi beberapa gambar presentasi. Sesampainya di rumah saya penasaran dengan apa yang dipresentasikan Mr Dilip.

Taraa, melalui cari sana sini di internet, tertuntaskan penasaran saya. Berbekal dari gambar-gambar presentasi steakopedia, saya jadi tahu “ooh, begini ya cara mahamin daging steak.” Menurut saya bagi pecinta wisata kuliner, pengetahuan ini penting banget karena segala macam pemahaman steak bisa menjadi bekal memilih mana steak yang “juara banget” untuk disantap.

Salah satu presentasi Mr. Dilip krishnan (Dokumen Pribadi)
Salah satu presentasi Mr. Dilip krishnan (Dokumen Pribadi)

Tahu kan arti “juara banget”? Itu tuh hidangan steak yang memang saya pilih dari keinginan mana selera jenis daging steak yang mau saya santap, lalu tingkat kematangannya steak yang saya pesan juga pas. Maksud pas di sini adalah ada kenikmatan juicy murble ketika keratan daging steak di mulut.

Untuk menjadi hidangan steak yang “juara banget,” Resto Outback Steakhouse menggunakan standarisasi (penilaian/Beef Grading) dari sistem penilaian USDA (United States Departement of Agriculture). Selain dari USDA, ada sistem penilaian daging steak lainnya, yakni dari Meet Standars Australia (MSA), Canadian Beef Grading Agency (CBGA), Japan Beef Grading Assosiation (JBGA), dan EU Beef Carcase Clasification System (EBCCS).

USDA Certified Angus beef

Pertanyaan saya adalah, kenapa Resto Outback Steakhouse menggunakan sertifikasi penilaian hanya dari USDA? Usut punya usut, ya karena Outback Steakhouse adalah resto franchise berasal dari Amerika. Tapi jangan khawatir, kelima sistem penilaian itu untuk tolak ukur menentukan kualitas steak rata-rata menggunakan patokan yang sama seperti mana Sapi Potong yang pantas dagingnya untuk dijadikan steak (cattle maturity), banyaknya jumlah serat dalam daging steak (amount of marbling), warna dan tektur lemak daging steak (colour and texture of fat) dan warna dan tekstur daging steak itu sendiri (colour and texture of meat).

Bagaimana dengan ukuran penilaian kehalalannya? Saya dengar sendiri langsung dari Bu Risma, jangan khawatir, dari proses pemotongan sapi hingga proses penggolahan dan penyajian steak dijamin steak di Outback Steakhouse Indonesia sesuai dengan standar halal. Saya pun membuktikannya sendiri ketika di resto Outback melakukan kitchen tour. Di dapur pengolahan steak Outback Steakhouse, ada ruang terpisah, satu ruang untuk pengolahan daginng steak halal dan ruang lainnya untuk pengolahan daging non-halal.

Ada yang ketinggalan dan ini menarik untuk dibahas, yaitu tentang keunggulan sistem penilaian dari USDA. Menurut saya, keunggulan ini penting dibahas karena termasuk pengetahuan Steakopedia. Keunggulan penilaian dari USDA ada pada delapan kualitas steak dari tertinggi ke terendah. Delapan penilaian itu adalah Prime, Choice, Select, Standard, Commercial, Utility, Cutter, dan Canner.

Nah Outback Steakhouse hanya menyajikan daging kualitas USDA Certified Angus beef bernilai Prime, Choice dan Select. Daging steak bernilai prime, choice dan select berasal dari sapi muda (di bawah 42 bulan) yang dagingnya berlimpah murbling (bintik putih lemak dalam daging) dan juga paling lembut.

Prime adalah daging steak kualitas tertinggi yang nilai kelembutan, juicy dan rasanya berkombinasi sempurna. Daging steak bernilai prime sendiri dibagi lagi menjadi Moderatly Abundant dan Slightly Abundant sesuai dengan banyaknya murbling dalam satu potong daging steak.

Nah dari daging steak bernilai prime ini, saya jadi tahu kalau choice dan select adalah daging steak berkualitas kedua dan ketiga yang masih cocok digunakan untuk steak. Alasannya, choice dan select, murblingnya tidak sebanyak daging bernilai prime, begitu pula dengan kelembutan dan rasanya tentu masih di bawah prime. Pilihan daging murbling yang ada di choice adalah Moderate dan Modest serta yang ada di select adalah Small dan Slight.

Wow, dari pengetahuan sistem penilaian USDA ini saja saya jadi mengerti “ooh, bener ternyata pengunjung resto steak setidaknya harus tahu apa jening daging steak terbaik dan klasifikasinya agar pengunjung tidak salah pilih memesan steak, baik dari jenis daging steaknya maupun dari tingkat kematangannya.”

Jadi, mari bersantap steak di Resto Outback Steakhouse. Hanya dengan harga Rp. 229.900 (6 oz. ) dan Rp. 274.900 (8 oz.) untuk menu Outback Special serta  Rp. 299.900 (8 oz.) dan Rp. 334.900 ( 10 oz.) untuk menu Rib Eye, pengunjung sudah bisa menikamati steak berkualitas USDA Certified Angus beef.

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi