Keyakinan Adalah Kunci Untuk Membuka Kotak Harta Karun Bernama Harapan Baik
*Pernah di posting di Kompasiana 28/9/2013. Lalu saya pindah ke blog ini
Antara excited, panik dan heboh sendiri, mengalami first experience. “Apa coba?” Jadi begini, ceritanya (bukan cerita lagi kali, soalnya ya itu sudah merasakan), hari genee saya baru pertama kali nyobain naik pesawat terbang. Nggak tanggung-tanggung lagi pertama kali merasakan langsung naik Garuda.
“Ah norak, ngapain loe ceritain. Malu tahu.” Biarin, soalnya kalau nggak saya ceritain, nggak ada bahan tulisan, Weee… Ah, jadi lupa lagi mau cerita apa. Balik lagi ke naik montor mabur pertama kali. Sebelum ke situ, saya mau cerita dulu, jangan-jangan naik Garuda pertama kali ini hasil dari keinginan kuat saya.
“Gila lu Ndro, sebenarnya mau cerita apa seh? Hapus tuh kata ‘jangan-jangan’ ya” Biarin, tulisan, tulisan saya sendiri. Ngapain kamu yang sewot, betul nggak pembaca?
Mulai ya, jangan kebanyakan protes. Lima bulan yang lalu, saya diundang oleh Kompasiana ke Kompleks Perkantoran Garuda. Saya kira di sana mau nyobain masuk ke ruang badan pesawat. Namanya aja event Garuda Experience ya paling tidak para Kompasianers akan mengalami bagaimana di dalam pesawat. Ternyata tidak, kita hanya ber-experince jalan-jalan ke bagian perbaikan spare part Garuda dan bagian pembuatan makanan.
“Ebuse, kelamaan. To the poin aja ngapa, maksudnya terangin aja kenapa lu bisa naik pesawat pertama kali?” Sabaar, ini lagi mau jelaskan. Ada sedikit kekecewaan ketika tahu ternyata harapan saya tidak terkabul untuk mencoba naik ke dalam pesawat. Tentu penyebabnya saya yang berharap terlalu besar. Namun harapan baik, ternyata jika dipelihara akan bertumbuh menjadi hasil yang pasti. Begitulah yang terjadi pada saya, diam-diam (ciyee) harapan untuk naik pesawat saya pendam dalam hati sejak saat itu.
“Ah ngeles lu, emang bisa lu nyimpen harapan baek? Teori aja bisanya lu..” Yeeh, kata kuncinya adalah keyakinan. Maksudnya keyakinan adalah kunci untuk membuka kotak harta karun bernama harapan baik. Ini kenapa saya malah membahas motivasi segala ya, balik lagi ke naik ppesawat pertama kali.
Jadi lupa tuh mau nulis apa lagi. Oia, harapan baik. Tahu tidak akan masuk ke dalam pesawat, saya akhirnya melampiaskannya dengan bernarsis ria. Maksudnya foto-foto gitu di lokasi perkantoran Garuda. Namanya Blogger, sesi foto narsis semacam wajib gitu. “Lho, apa hubungannya antara harapan baik dengan foto narsis?” Nah itu dia, ternyata salah-satu fungsi foto narsis adalah bisa memelihara harapan baik hingga membuahkan hasil yang pasti jika diyakini dan percaya.
Lalu, apa yang terjadi
Siang itu, Mas Hazmi Srondol tiba-tiba menelepon saya “Mas Ahmed, kirim fotokopi KTP sama data-data pribadi ke email saya ya?” Ditanya seperti itu, saya bingung, “buat apa mas?” “Ke Bali besok Kamis bareng Mas Syaifuddin. Cepetan ditunggu emailnya lima menit.”
“Sebentar-sebentar,” sela teman alter ego saya. “Apa-apaan nih, kok tiba-tiba ceritanya loncat ke mau ke Bali. Itu cerita foto narsisnya belum selesai.” Sabar kenapa, saya lagi pakai teknik bercerita terbalik nih, tapi ya sudah saya akan ceritakan lagi foto narsisnya.
Mulai dari mana ya? Dari pertanyaan aja, foto narsis yang bagaimana yang bisa memelihara harapan baik? Sudah tahu kan jawabannya. “Iya, iya lu sebenarnya mau ngomong foto lu yang bergaya ala Superman kan?” Nah itu tahu, tapi jawabannya kurang lengkap. Itu foto saya bergaya ala Superman yang lagi ngangkat peswat Garuda, hanya contoh. Teorinya (halah, lagi-lagi teori), foto narsis itu harus ekpresif.
“Wkwkwk, poto lu bukan ekpresif kalee, tapi noraknya minta ampun.” Itu bahasa kasarnya kalau kamu mentalnya negatif emang berpikiran ke arah situ terus. “Ya sudah gitu aja ngambek.” Yee, siapa yang ngambek. Saya jelaskan ya, tahu tidak dengan ilmu Law Of Attraction (LOA)?
Sederhananya LOA punya tiga prinsip, meminta, mempercayai, dan menerima. Nah foto ala Superman saya itu gabungan dari meminta dan mempercayai. “Preet, sok bijak lu. Mana ada poto kayak gitu dibilang lagi nerapin prinsip LOA.” Tuh kan, dengarkan dulu kenapa. Barusan saya bilang tentang ekpresif, masa lupa lagi. Jadi gini, Cara saya meminta dan mempercayai bahwa saya akan naik pesawat terbang, menggunakan bantuan gambar foto diri yang ekspresif itu.
“Terus, gimana dengan prinsip menerimanya ntuh?” Sudah saya duga, kamu akan nanya seperti itu. Cara menerima harapan baik itu adalah RA-HA-SIA. “Lho, lho kepret nih. Kok main rahasia-rahasiaan gitu. Wooi, ngasih ilmu jangan setengah-setengah tahu!” Hahaha, sabar. Saya beri tahu kata kuncinya saja ya. Maksudnya kata kunci itu berfungsi sebagai bahan bakar cara kerja menerima.
Kata kuncinya adalah ikhlas. Jangan tanya, saya bisa tidak menerapkan ilmu ikhlas, sangat banyak tidak bisanya. Maka dari itu saya semacam merahasiakan cara kerja prinsip menerima, karena kalau saya membocorkannya berarti saya tidak ikhlas lagi dong. Intinya, cari cara kerja (apa saja) yang mempertaruhkan rasa ikhlas kita sendiri. Tujuannya untuk membantu agar prinsip menerima LOA efektif bekerja.
Sudah ah, kok bahasan tulisan ini jadi ke mana-mana, kesannya menggurui kamu lagi. “Hehehe, salah sendiri. Kenapa mulai tulisan ini dari foto bergaya ala Superman terus maksain ngubung-ngubungin ke pengalaman pertama kali naik pesawat pake prinsip LOA.” Waduh bukan begitu, saya cuma mau bilang, secara tidak sadar saya telah memelihara harapan baik sehingga bisa naik pesawat terbang untuk pertama kali. Buktinya saya sempat kaget sesaat, setelah Mas Hazmi Srondol menelepon, ngajak ke Bali. ‘Lho kok bisa ya’ begitu kira-kira omongan diri saya sendiri.
Kembali ke percakapan dengan Mas Hazmi. Ternyata saya bersama Mas Hazmi dan Mas Syaifuddin ke Bali untuk liputan launching jaringan UMTS (Universal Mobile Telecomunication System) 900MHz milik Indosat. “Enak dong liputan bareng rombongan wartawan.” Nah itu dia, pelan tapi pasti Blogger Reporter Indonesia (BRID) diakui dan sejajar dengan fungsi media-media mainstream.
Begitu tahu diajak Mas Hazmi liputan ke Bali, ya itu tadi seperti yang saya tulis di awal, rasanya excited, panik dan heboh sendiri. Apalagi ketika menjelang keberangkatan, deg-degkan. “Halah, mulai deh lebaynya.” Jangan gitu dong, nih lagi semangat cerita, bikin down aja dikatain begitu.
Mulai lagi ya ceritanya. Sampai H-1, saya dan Mas Udin masih belum diberitahu kapan jam keberangkatan. Sore harinya baru diberitahu, paniklah saya. “Gara-gara disuruh kumpul di bandara jam 6 pagi ya?” bener, namanya pengalaman pertama kali, mikirnya ke mana-mana. Jarak dari tempat saya (Pasar Minggu) ke Bandara (Tangerang Atas), tahu sendiri butuh waktu tempuh lebih dari satu jam. Belum lagi kemacetannya, wuaah.
Saya pun membuat rencana dadakan, nginap di bandara. Kebetulan Abang kandung kerja di Angkasa Pura Jakarta. Tidak apa-apa nginap di tempat kerja Abang, yang penting tidak terlambat. Ternyata setelah berkomunikasi dengan Abang, tidak perlu sedramatis seperti itu. Ya kalau berangkat pagi sebelum jam lima pakai DAMRI, Lancar jaya sampai Bandara.
Dan benar saja, berangkat dari Pasar Minggu jam setengah lima pagi sampai Bandara. “Hahaha, dan pas sampai di sana, lu cengo ya. Tempat meeting point-nya ketemu tapi masih sepi.” Bener, saya kira sepi karena pada belum ngumpul, eh ditungguin sampai setengah tujuh kok masih sepi juga. Untung saya berkomunikasi sama Abang, tahulah saya ternyata di lantai dua itulah terminal pemberangkatan. Oalah, capee deh.”
Bukan hanya tahu bedanya terminal pemberangkatan dan kepulangan, saya harus tahu istilah-istilah Bandara seperti Chek-in, Boarding Pass, Take-Off, Landing dan istilah lainnya. “Biar nyambung ya kalau ngomong ama orang dan nggak malu-maluin?” Tahu aja kamu.
Sesampainya di ruang meeting point, saya dan teman-teman media langsung dibagikan jadwal acara ketika di Bali, amplop berisi uang transports (eheem..), dan tiket pesawat. “Lu sempet heran ya ama tiket pesawat, kok nggak kaya di tipi-tipi. Malah mirip tiket KRL.” Iya tuh kok bisa berubah ya, bentuknya tidak seperti lembaran check uang.
“Setelah itu ada kejadian lucu tuh pas masuk gerbang pemindai.” Halah pakai dibilangin lagi. “hehehe, biarin. Waktu itu lu kan tepat di belakang Mas Hazmi ngantri melewati gerbang pemindai. Nah pas masuk gerbang terus diperiksa ama petugas, lu ngapa pake merentangkan tangan?” asli malu saya, sadar-sadar setelah melakukan gerakan lebay ala penjahat nyerah gitu. Itu aja sadarnya pas dibilangin petugasnya sambil mesam-mesem.

Nah tibalah di dalam pesawat. “Akhirnya lu bisa juga ngerasain duduk di bangku Garuda.” Biasa aja kalee. Oia kejadian menggelikan selanjutnya pas masang sabuk pengaman. Dari awal duduk sampai mau take off, saya kesulitan pasang sabuk pengaman. Eh nggak tahunya ‘Mas mas, itu sabuk yang satunya punya saya’ kata penumpang cewek sebelah. Oalah, pantesan dari tadi nggak masuk-masuk ternyata dua pengaitnya sama jenis. “Capee deh.”
“Penumpang cewek sebelah?” Tepatnya dua cewek duduk bersebelahan bangku. “Terus terus, lu ajak ngobrol nggak salah satunya selama di dalam pesawat?” Nah itu dia, menyesal saya pakai prinsip ‘orang pendiam itu pesonanya misterius.’ “Hahaha, pake ngeles. Bilang aja lu nggak bisa grogi, terus pake dengerin lagu dari Tommy J Pisa di headphone bangku pesawat lagi.”
Iya tuh saya ngikik, kok ada koleksi lagi Tommy J Pisa di Garuda? “Jangan heran Bro, itu koleksi pilihan penumpang Garuda bercita rasa Indonesia.” Masa seh, ah nebak aja kamu. “ngomong-ngomong dengerin lagu di headphone gua jadi ingat, pas lagi asyik-asyiknya dengerin lagu tiba-tiba lu ngalamin mabuk udara.” Iya tuh, namanya baru pertama kali naik pesawat, saya tidak tahu. Tiba-tiba kedua lubang kuping sakit luar biasa. Rasanya ada angin bertekanan kuat mengedor-ngedor gendang telinga.
Panik, namun saya diam saja karena melihat sekeliling tenang-tenang aja. “Hahaha, padahal lu gelisah banget, pake dramatis lagi. Kuping jadi budeg dan pengeeng terus masih sakit, khawatir gendang telinga pecah.” Tambah keluar keringat dingin lagi. Hasilnya, kedua kuping tuli sementara tersumbat angin. Karena belum tahu solusinya, itu berjalan sejam lebih sejak turun dari pesawat di Bali.
Sumur
“Akhirnya sembuh dengan cara menghembuskan nafas serta mulut dan hidung disumbat ya?” Itu saja setelah diberitahu oleh Mas Hazmi, kalau penerbangan awal biasanya begitu katanya. “Udah puas cerita pengalaman serunya naik pesawat pertama kali?” kok nanyanya gitu se. “Sorry Bro, habisnya gua udah nggak sabar denger cerita seru lainnya waktu lu di Bali.” Weit, sabar mau cerita dulu soal launching jaringan UMTS 900MHz milik Indosat.

“Emang lu paham Bro, apa itu jaringan UMTS 900MHz?” Waduh, namanya ikut menghadiri secara langsung launchingnya ya paham. “ah masa, coba terangin secara sederhana apa itu jaringan UMTS 900MHz?” sebentar secara sederhana ya? Mmh, gini aja pahami dulu kata kuncinya, sinyal atau frekuensi. Anggap saja, jaringan UMTS 900MHz adalah teknologi yang mengkuatkan sinyal hape.
“Apa untungnya sinyal hape kuat?’ Yaelah Bro, nenek-nenek zaman baheula juga tahu jawabannya. Ya jelas pengguna Hape untung banget. Tapi sebentar saya tanya dulu, hape kamu sering digunain buat internetan nggak? Soalnya percuma saya jawab tapi kalau gunanya hape kamu masih buat telepon ama SMS-an doang.
“Maksud lu apa, ngajak berantem!? Lu kali yang hapenya jadul..” Yee, gitu aja marah, ya maaf. Berarti hape kamu sudah smartphone ber-headset 3G. Cocok berarti sama jaringan UMTS 900MHz. Nah sekarang tinggal saya jelasin keuntungan apa saja jika sinyal hape kuat, menggunakan jaringan UMTS 900 MHz milik Indosat?
Mmmh, gimana ya jelasin ke kamu secara sederhana sesederhana sayangku padamu, halah preet? Pakai kata kunci aja ya. Kata kuncinya adalah stabil. Jadi jika kamu menggunakan smartphone ber-headset 3G lalu kartunya memakai Indosat berteknologi UMTS 900MHz, di manapun tempat (entah itu di dalam ruangan, area blank spot operator seluler lain, apalagi di luar ruangan) sinyal internet akan terus stabil di jaringan UMTS/HSDPA.
“Beneran tuh Bro?” Yaelah, kalau saya bohong buat apa saya mengikuti secara langsung perjalanan drive test jaringan Indosat UMTS 900 Mhz dari Nusa Dua menuju Tanjung Benoa di Bali kemarin? Ya buat membuktikan tho. Dengan mata kepala sendiri saya melihat langsung bagaimana rekaman di Youtube, diputar sampai habis tanpa gangguan buffering.
Paham nggak kamu? Intinya kalau pakai smartphone dengan kartu Indosat berteknologi UMTS 900MHz, segala jenis komunikasi data berjalan stabil dan lancar jaya. Inilah yang dilakukan Indosat di Bali yaitu memodernisasi jaringan frekuensinya dari 2,1 GHz ke lebih rendah menjadi 900 MHz.
“Emang kecepatannya sampai berapa Mbps bro bisa nyampe stabil dan lancar jaya?” Cakep pertanyaannya, di Bali kecepatan komunikasi datanya naik sampai 6 kali lipat, dari 7,2 Mbps menjadi 42 Mbps. “Itu kan Kalau di Bali, di Jakarta gimana Bro?” Masih tetep stabil dan lancar karena sedang menuju modernisasi jaringan frekuensi ke 900 MHz.” Yeeh jawabannya kurang lengkap tuh, terus kecepatannya nambah nggak buat di Jakarta?” jelas nambah, dari 7,2 Mbps menjadi 14 Mbps dan akan terus bertambah seiring modernisasi seluruh BTS Indosat di area Jakarta.
“Menarik promosi lu, gua jadi pengin pindah operator seluler nih ke Indosat. Tapi bentar, biar gua kagak pake nyoba doang, ada lagi nggak bro keuntungan lain pake Indosat UMTS 900?” Sudah gitu aja nanyanya? “Hehehe, masih ada lagi seh bro, terus caranya gimana bro kalau udah pake Indosat, biar gua ngerasain kecepatan UMTS 900?”
Jawaban pertama, begini aja saya ulangi ya, keuntungan menggunakan Indosat UMTS 900 adalah Layanan komunikasi data lebih bersih, karena sinyal yang lebih merata, dan sangat sedikit lubang atau blank spot 3G dibandingkan 3G yang di pita 2,1 GHz. Itu satu. Keuntungan kedua, smartphone 3G di 900 MHz daya tahan baterainya bisa bertahan lebih dari sehari dibanding smartphone yang menggunakan layanan bukan 900 MHz. Sebabnya, ya itu tadi frekuensi sinya lebih stabil.

Jawaban kedua, kamu tinggal ke counter penjual pulsa beli kartu perdana Indosat atau IM3. Terus setelah dipasang di smartphone, aktifkan deh paket layanan Super Internet. Harganya murah bro, cuma 25 Ribu perbulan dapet kouta 6 GB lagi. Nah cara mengaktifkan paketnya, tekan *123*4*1#. Bisa juga cara aktifinnya pake cara SMS dengan ketik: kuota (spasi) harga kirim ke 363. Ada lagi, cara terakhir aktifinnya, junjungi situs instans.indosat.com.
“Beuh, panjang banget pejelasan lu, udah kayak Sales aja. Wokeh deh makasih penjelasannya. Nah sekarang gua pengin denger, di Bali lu pake acara ke pantai nggak?” Jelas, di Tanjung Benoa saya bersama teman-teman media diberi kesempatan oleh Indosat buat menghibur diri. Water sports pilihannya, ada parasut air, Banana Boat dan Speed Boat.
Saya cuma berolahraga air Banana Boat dan Speed Boat aja. “Hahaha, yang Parasut Air gua tahu jawabannya kenapa lu nggak nyoba? Khawatir daya gravitasi perut gendut lu, mengalahkan gaya dorong angin pantai ya?” Hehehe, tahu aja kamu. Eh tahu nggak pas di pantai Tanjung Benoa, saya banyak melihat Sumur lho?
“Apaan tuh sumur?’
Susu dijemur, kabuuuur…
“Kejaaar!!…”