Dusun itu bagai tersembunyi dari keramaian. Setelah berhenti di Pos Polisi Kalasan, setidaknya harus naik motor lagi. Jalan aspal lurus sejauh kurang lebih 5 kilo, harus dilewati. Setelah itu, belok kiri dengan penanda jalan segitiga di kiri dan ada semacam pos ronda.

Aspal berganti menjadi jalan berbatu. Pemandangan kanan kiri hanya terlihat tanah gersang. Untuk terus masuk ke dusun, saya melewati jalan menyerong ke kiri lalu lurus sampai ketemu pos ronda kedua. Kira-kira jaraknya 1 kilo.

Pos ronda kedua terletak di pinggir kanan pertigaan. Belok kanan baru terlihat rerimbunan sawah di kanan dan satu dua perumahan penduduk di kiri. Belakangan saya tahu, jalan lurus tanpa belok kanan juga bisa untuk masuk dusun itu.

Jalan masih berbatu. Suasana adem akibat penghalang rerimbunan tumbuhan, terhenti ketika saya belok kiri kembali. Berganti panas. Sampai di sini saya sudah masuk Dusun tempat saya Kuliah Kerja Nyata bersama 7 mahasiswa akhir Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta.

Untuk menuju penginapan sementara, saya masih harus berjalan melewati lebar lapangan di sisi kanan lalu berbelok menyusuri panjang lapangan yang sama masih di sisi kanan.

Jalan masih berbatu. Bedanya batu pelapis tanah besar-besar bentuknya. Saya pernah keseleo jalan akibat batu-batu besar ini, barangkali beberapa kali makanya saya hati-hati melewati jalan ini.

Base Camp Kami di sisi kiri jalan dusun. Depan jalan base camp tembok sekolah SD. Kalau pagi sampai siang, dari tempat kami terdengar riuh siswa SD. Di sebelah kiri base camp, rumah Kepala Desa (lupa saya namanya).

Saya Sewaktu KKN di depan Base Camp | Dokumen Pribadi
Saya Sewaktu KKN di depan Base Camp | Dokumen Pribadi

Rupanya base camp KKN Kami adalah tempat atau rumah yang berfungsi sebagai balai warga. Sudah bertembok berbeda dengan rumah Kades yang dindingnya masih dari anyaman bambu.

Ada 4 ruang ditambah halaman depan. Ruang utama berada setelah pintu masuk. Besar mampu menampung 20 orang lebih duduk bersender 4 temboknya yang persegi panjang itu. Setelah membuka pintu yang terbuat dari kain, di tengah ada ruang kedua dan ketiga. Berdampingan hanya dipisah jalan masuk menuju ruang keempat. Dapur.

Ruang ketiga tanpa sekat tempat tidur saya bersama 4 teman laki lainnya. Kalau tidak salah tempat menaruh berbagai barang bawaan juga. Sedangkan 3 teman perempuan tidur di kamar bersekat. Di sini saya ingat, sampai habis masa KKN, saya tidak berani masuk ke kamar para mahasiswi, beda dengan ketua KKN sering mengobrol dengan salah satu teman perempuan lama di kamar (kalau nggak salah gara-gara ini ada kasus kudeta ketua 😀 ).

Kamar mandi terpisah dari rumah. Letaknya di belakang, hanya dipisahkan sumur timba yang dikelilingi tempat “umbah-umbah” piring dan pakaian. Nah di tempat umbah-umbah ini, saya ingat saya sering nyuci piring pagi-pagi sekali sehabis solat subuh kalau nggak salah.

Padahal, di belakang kamar mandi itu masih kebun bambu. “Kan serem kalau ada penampakan pas lagi nyuci piring, untungnya nggak.” Di moment nyuci piring ini saya sering ketemu anak gadisnya Pak Kades mau nyuci juga kalau nggak salah. Wkwkw, gara-gara ini saya diledekin sama teman-teman KKN cie cie gitu.

CIE CIE ..WKWKW

Nah kalau ini cie cie-nya lebih drama. Wkwk, ya karena kalau nggak salah melibatkan tiga mahasiswa satu base camp (termasuk saya di dalamnya wkwkw) apa ya bahasa tepatnya? Kalau ‘memperebutkan’ kayaknya nggak tepat kok.

Jadi ada satu mahasiswi berkacamata sewaktu KKN itu, curhat ke saya dan satu orang teman tentang apalagi kalau bukan cintanya ke C (masih teman satu KKN). Sebut saja namanya B, Yang saya ingat B sewaktu di lokasi KKN “khas banget” kemana-mana mengendong tas punggung. Ya cuma di base camp ajah, B menaruh tasnya di kamar. ( Barusan lagi Googling, nggak sengaja nemu tas punggung yang hampir mirip tas punggungnya si B. Nomerr pertama dari baris ketiga, tas punggung warna Hijau-Coklat, Cieee).

Begini Kira-Kira Tas
Begini Kira-Kira Tas “kenangan” itu wkwkw

Ngerti dong, apa dampaknya curhat beda jenis dan akrab gitu? Ya saya dan B nekad nembak mahasiswi berkacamata dan ditolak dua-duanya malah jadian sama C (kalau nggak salah sampai nikah). Waktu itu kalau nggak salah, saya nembaknya lewat telepon sesudah KKN lewat.

Jalani Saja

Sebenarnya ingin menuliskan momen KKN saya 11 tahun yang lalu karena hampir tiap bengong selalu ingat peristiwa ini. Entah kenapa, gambarannya begitu kuat walau hanya potong per potong momen. Pernah lebih dari satu kali, nyampe terbawa mimpi.

Menurut saya sendiri, sampai sekarang masih tidak menyangka bisa melewati KKN mahasiswa, yang bagi prasangka saya: menakutkan. Gambaran ideal di benak saya, mahasiswa KKN itu: Idola, Mandiri, Bertanggung Jawab dan masih banyak lagi beban mulia di pundak mahasiswa KKN.