Kapan pertama dan terakhir kali merasakan sindrome Homesick? Kalau saya pertama kali pas usia 16. Waktu itu saya yang terbiasa main di Jakarta, mau tak mau harus bersekolah di Jombang Jawa Timur.
Rasanya sedih sampai nelangsa gitu. Maksudnya, ketika orangtua pamit pulang, duaar air mata pun tumpah. Jiaah, soalnya nggak nyangka juga harus sekolah SMA jauh sekali dari rumah.
Setelah ditinggal orangtua, efek homesickness masih terasa banget. Nggak semangat mau ngapain-ngapain. Kenalan sama teman-teman baru juga terabaikan gara-gara kangen berat pengin pulang ajah.
Saking rindu sama suasana rumah, saya sampai kena sakit Typus. Dirawat di RSUD Jombang selama seminggu lebih. Awalnya pingsan sadar-sadar sudah tergeletak di kasur Rumah Sakit. Itupun sadarnya pakai ada adegan drama lagi, saya teriak-teriak mau cabut selang infusan karena merasa saya ada dua. Untung ada banyak orang yang pegang tangan saya. Saya pun pingsan lagi karena diberi suntikan penenang.
Singkat cerita, seiring berjalannya waktu saya terus sekolah SMA di Jombang sampai lulus tiga tahun. Ya walaupun ada sedikit anasir-anasir sindrome homesick, saya terus usahakan sekolah selesai.
Homesickness sendiri adalah sindrome rindu rumah dan suasananya sampai rindu itu berdampak kurang gairah, cemas dan sedih. Ya tidak seperti orang-orang pada umumnya gitu.
Kalau terakhir kali saya merasakan homesick itu kapan ya? Barangkali pas lagi jalan, jauh dari rumah berhari-hari, cuma bisa membayangkan “wuaah, kayaknya aseek nih sudah di rumah. Ngopi lalu tidur nyenyak.”
Generasi Go Home
Bisakah sindrome homesick ditanggulangi? Sering bepergian barangkali lambat laun akan bisa melupakan penyakit psikologis kangen rumah ini. Apalagi saat ini teknologi internet, bisa menghubungi orang rumah melalui smartphone.
Walau sekadar hanya ingin saling menanyakan kabar, berkomunikasi dengan orangtua atau orang rumah dapat mengobati kerinduan merasakan suasana rumah tanpa harus kehilangan moment penting di luar rumah.
Bukan hanya suara dan foto, video pun saat ini bisa jadi bahan percakapan antara yang di luar rumah dengan orangtua. Kemudahan-kemudahan inilah yang kini dirasakan oleh Generasi Go Home.
Generasi Go Home adalah generasi yang tidak khawatir lagi dengan sindrome homesickness. Mereka bebas pergi ke mana saja karena di manapun mereka berada sudah seperti rumah (home). Hal ini berkat dukungan teknologi komunikasi dari operator seluler XL Axiata.
“Selain terus memperkuat jaringan 4G di daerah-daerah, saat ini XL mempunyai produk 4G LTE untuk mempermudah komunikasi. Namanya Modem Mifi XL Go dan Router XL Home,” kata Pak Bambang Parikesit (Vice Presiden XL Region Jabodetabek) dalam acara Gathering XL Bersama Kelas Blogger di Resto Shabu Hachi (Rabu, 15 Maret 2017).
Modem Mifi XL Go sangat cocok buat mereka generasi Go Home berusia muda yang mobile atau sering keluar rumah. “Bahkan modem ini bisa dibawa ke luar negeri. Dari nomer XL tinggal aktifkan kode *123*747# sebelum tiba di tempat tujuan,” ujar Pak Bambang.
Menurut Pak M Fajar Syahwali (GM Finance & Management Services Region Jabodetabek) di acara yang sama: Ketangguhan Modem Mifi XL Go selain bisa digunakan sampai 10 perangkat dan kecepatan internetnya sampai 150 Mbps juga hemat baterai. “Baterai modem hanya menghidupi modem bukan ke baterai device-device yang terhubung tethering,” sambung Pak Fajar.
Sedangkan untuk Generasi Go Home para orangtua atau yang sering berada di rumah, XL memberikan solusi berupa produk Router XL Home. “Selain itu XL Home sangat berguna buat home office, UKM dan apartemen-apartemen. Jadi tidak perlu pusing lagi masang internet kabel karena keunggulan XL Home dengan seharga 500 ribu sudah dapat 240 GB per 3 bulan untuk 32 orang dengan kecepatan internet sampai 150 Mbps” kata Pak Novan Adi (Regional Manager Marketing XL Jabodetabek).
Untuk perpanjangan paket pada bulan ke-4 dan seterusnya, Generasi Go Home cukup menyiapkan pulsa regular Rp 300.000 setiap bulan untuk dapat menikmati paket kuota XL Home. Selain itu, jika Generasi Go Home ingin menambah kuota bulanan, XL Axiata menyediakan paket booster untuk masa pakai 30 hari yang dapat dipilih sesuai kebutuhan pelanggan, yang tersedia dalam dua pilihan, yaitu 6GB, Rp 50.000 dan 15GB, Rp 100.000. Sebagai apresiasi, pelanggan juga akan mendapatkan bonus aktivasi kuota sebesar 1GB.
Youtube Tanpa Kuota
XL tidak hanya mengeluarkan product 4G LTE, tetapi juga memberikan layanan akses internet dan data terbaru buat Generasi XL Home. Chief Prepaid Officer XL Axiata, David Arcelus Oses mengatakan “Kami bekerjasama dengan Google Indonesia dan Genflix untuk meningkatkan manfaat akses ke layanan dan Data khususnya untuk online streaming melalui layanan XL Axiata. Kerjasama dengan kedua OTT (over the top) tersebut sekaligus menempatkan XL Axiata sebagai operator pertama yang berani memberikan layanan tanpa kuota di YouTube dan akses gratis nonton English Premier League di Genflix.”
Nah ini cocok untuk Generasi Go Home karena memenuhi kebutuhan akan gaya hidup dan semakin leluasa mengakses konten-konten video, yang semua itu bisa didapatkan di dalam satu paket saja.
Generasi Go Home bisa mendapatkan Youtube tanpa kuota dengan membeli Paket Xtra Combo melalui berbagai saluran penjualan XL Axiata, seperti UMB *123#, aplikasi myXL, XL Center dan toko-toko XL lainya sejak 17 Maret 2017. Bagi pelanggan yang berada di kota-kota atau daerah yang telah tersedia jaringan 4G dari XL Axiata akan memperoleh manfaat lebih banyak karena paket ini memberikan kuota 4G yang cukup besar dengan tarif bersaing. Selain itu, secara teknis dan teknologi, melalui jaringan 4G LTE, pelanggan akan lebih nyaman dalam mengakses konten-konten video karena kecepatan akses 4G bisa mencapai 100 Mbps.
Untuk menikmati program Tanpa Kuota di YouTube dan akses gratis Genflix tersedia dalam 5 pilihan Xtra Combo mulai dari Rp 59 ribu saja. Setiap pilihan paket sudah termasuk Xtra Kuota untuk nelpon ke semua operator dan bonus kuota 4G.
Ahmed Tsar Blenzinky 
wah, youtube bisa tanpa kuota? asik tuh buat streaming~ asal lancar aja sih 😀