
Kanan kiri di sepanjang jalan, terlihat jajaran gedung yang rata-rata terpasang papan iklan berwarna cerah. Merah, kuning, biru dan hijau. Menjelang malam papan-papan itu akan menyala, menambah meriah “parade” lalu lalang pejalan kaki.
Sebagaimana parade, kerumunan pejalan kaki terurai dengan tertib di sepanjang jalan kawasan ini. Keriuhannya tetap seperti kota lain misal Jakarta, tetapi lalu-lalang pejalan kaki di sini rapih seperti antrian semut yang sedang pergi dari sarangnya.
Sesekali saya melihat beberapa pejalan kaki berseragam unik, Kadang mereka berdiri sebentar sekadar menjajakan brosur ke pejalan kaki lainnya yang terdekat. Ada yang menerimanya ada juga yang melambaikan tangan sembari lewat begitu saja.
Saya sendiri menerimanya setelah diberi kode senyum oleh gadis berseragam karakter salah satu serial anime. Saya pun ikut tersenyum yang disambut dengan anggukan lalu menunduk dari gadis itu.
Sembari berjalan mengikuti arus pejalan kaki, saya melihat brosur. Desainnya mencolok dan berwarna meriah dengan gambar salah satu gadget kekinian. Tampaknya brosur yang saat ini saya genggam berisi harga promo, iya nebak karena tulisannya berabjad Kanji sama persis dengan deretan huruf di papan-papan iklan gedung yang saya lewati.
Mendadak ada yang bergetar di kantung jaket, segera saya menukar brosur di genggaman dengan smartphone. Di layar tampak ada nomor yang tak dikenal memanggil, saya tak ragu menjawab telepon karena memang sudah janjian.
“I’m here…I’m here…,” sapa suara renyah di dalam telepon. Spontan saya jelalatan mencari sumber suara. Saya terpana sejenak. Satu blok dari tempat saya berdiri di kawasan JR line Akihabara station Electric Town Exit, ada gadis melambai-lambaikan tangan kanannya sembari tersenyum melihat saya. Saya ikut tersenyum melihat seragam yang dikenakannya. Dibalik jaket hitamnya, ada seragam SMA dengan kemeja putih dan rok mini yang warna biru tuanya senada dengan warna ikat rambutya.
“Ahaa, ini dia pemandu tour saya sore ini.”
Di Akihabara Bersama Kawaii
Ini hari terakhir saya berada di Jepang, tepatnya sore ini berada di kawasan Akihabara. Selain dikenal sebagai kawasan penjualan berbagai gadget kekinian, Akihabara juga populer sebagai distrik pop culture dari kebudayaan Jepang seperti Otaku, Anime, Manga, Kawaii dan video games.
Pantas saja, gadis penjaja brosur tadi berseragam Kawaii, paduan yang menarik. Toko gadget di kawasan elektronik menggunakan daya tarik budaya Jepang yang kekinian sebagai alat pemasarannya. Begitu juga dengan pemandu tour sore ini, juga ber-style Kawaii sebagai alat daya tarik wisata di Akihabara.
Adalah Traveloka, yang mengenalkan saya pada paket wisata Akihabara Afternoon Tour with Kawaii Guide. Rencana awal saya hanya ingin liburan di ibukota Jepang, Tokyo selama empat hari. Hanya itu, tidak ada gambaran detail mau ke mana saja. Spontanitas maunya.

Oia, awalnya saya mengenal Traveloka sebagai perusahaan rintisan (Startup) yang menyediakan jasa penjualan tiket pesawat dan hotel. belakangan, juga menyediakan penjualan tiket kereta api dan paket wisata rekreasi ditambah penjualan pulsa dan data internet.
Berkat fitur tambahan paket rekreasi inilah, saya jadi bisa mengenal langsung ragam budaya kartun Jepang. Saya pesan tiketnya seharga Rp 2.874.840 per dua orang untuk rencana perjalanan hari keempat menjelang pulang. Proses reservasinya pun cepat, tidak perlu antri lama menunggu notifikasi pesan.

Daripada jalan berdua bersama teman mengeksplorasi spot-spot menarik di Jepang, lebih baik saya membeli paket wisata. Ada banyak teman dari berbagai negara yang berpartisipasi, dipandu oleh Kawaii pula. Mumpung lagi di Negeri Matahari Terbit, kapan lagi menelusuri kawasan Akihabara beramai-ramai di sore hari selama dua jam 30 menit.
Tepatnya jam satu siang waktu Jepang, saya berdua dengan teman bertemu dengan enam orang di JR line Akihabara station Electric Town Exit dengan tujuan yang sama. Ditambah dengan dua Kawaii sebagai tour guide, jadi kami total ada 10 orang siang itu.

Setelah saling berkenalan dengan bahasa pengantar Inggris, kami diajak makan siang di Nadeshico Sushi. Alamat rumah makan ini dekat dengan titik poin meetup kami. Tepatnya di Gedung Chichibu Denki 2F, 3-12-15, Soto kanda, Chiyoda-ku, Tokyo.
Begitu masuk ruang utama restoran Shushi ini, saya melihat pelayannya tidak seperti biasanya pembuat Shushi di Jepang. Laki-laki dengan pakaian seragam koki. Di belakang meja pembatas, tiga gadis berkimono dengan sigap melayani pesanan setiap pengunjung.
Ya bisa jadi gadis-gadis pelayan berpakaian Kimono karena menyesuaikan dengan desain ruangan restoran yang bergaya rumah tradisional Jepang. Pintu gerbang dari kayu yang bukanya digeser dan jendela dengan teralis juga dari kayu.
Akihabara Denki Gai
Lapar sudah terpuaskan, saatnya yang ditunggu oleh kami. “Yeaah tour mengenal pertama kali kawasan Kota Listrik Akihabara (bahasa Jepang-nya: Akihabara Denki Gai).” Berjalan menelusuri jalanan Akiba, saya seakan dibawa ke lokasi shooting film fiksi ilmiah seperti film Ghost in the Shell atau Blade Runner.
Penuh warna-warni lampu di sisi kiri kanan jalan yang kami lewati. Seringkali jalan yang kami lewati menyempit seperti lorong koridor yang kanan-kirinya berderet toko gadget.

Sementara mata kami takjub dengan satu-persatu toko keren yang kami pandangi sekilas sembari lewat, telinga kami mendengar penjelasan Tour Guide tentang sejarah Akihabara Electric Town. Meriahnya kawasan ini menjadi pusat penjualan barang gadget, diawali dengan kehadiran toko elektronik Yodobashi Camera.
Begitu yang kurang lebih saya dengar dari penjelasan pemandu, ya fokus saya pecah tidak melulu menyimak perkataan Tour Leader. Seringkali saya selfie atau memotret bersama teman dengan latar belakang spot-spot landmark keren yang saya temui sepanjang jalan. Alhasil, sering ketinggalan rombongan yang berjalan agak cepat.
“Ish, noraknya saya. Hahaha…”
Oia, satu lagi penjelasan dari pemandu tour yang saya ingat. Akihabara Electric Town bisa berkembang begitu meriahnya karena sebagian besar toko gadget di sini khusus melayani komunitas Otaku. Tahu Otaku kan? Itu lho, fans yang passion-nya benar-benar sangat menyukai Anime dan Manga.
Pantas saja, saya sering melihat gadis berseragam Kawaii atau Cosplay membagi-bagikan selebaran di depan satu toko gadget. Ya itu tujuannya untuk menarik konsumen Otaku masuk ke toko.
Tour pun masih berlanjut. Saatnya berbelanja. Kami berhenti di toko figur karakter anime atau manga, barangkali ada yang mau membelinya sebagai souvenir oleh-oleh khas Akihabara. Di sini saya foto bareng dengan Robot yang ish imutnya.
Lalu sesudah puas membeli, kami pun beranjak ke Stasiun tua Manseibashi. Stasiun kereta ini operasionalnya berhenti di tahun 1943, lalu direnovasi untuk kepentingan destinasi wisata tahun 2013. Bangunannya tetap berbentuk stasiun kereta tetapi fungsinya sudah berubah menjadi kompleks perbelanjaan dan makan yang disebut mAAch ecut.
Peta Stasiun tua Manseibashi
Kurang lebih begitu penjelasan pemandu yang saya tangkap, selebihnya kurang jelas karena lagi-lagi saya malah sibuk pepotoan sana-sini. Saya bersama teman masih memilih mengabadikan momen tempat di Manseibashi, sementara yang lainnya dibebaskan berbelanja lagi di mAAch ecut. Hemat lha ya.
Tour pun memasuki part terakhir bagi saya, yaitu bermain Gachapon di Akihabara Gachapon Kaika. Awalnya saya kira mau buat makanan khas Jepang yang namanya Gachapon (habis namanya mirip Klepon, hahaha…), ternyata kami dibawa masuk ke toko yang berisi deretan dan tumpukan tabung seukuran dispenser gitu.

Wow, ini mungkin mirip bermain mengambil souvenir mainan Manga atau Anime dengan koin Jepang seharga ¥ 100 sampai ¥ 500 tergantung tabung Gachapon yang mau dipilih dan souvenir yang ingin dibeli. Cara mainnya, masukkan terlebih dahulu koin lalu putar kenop 360 derajat. Dan, keluarlah cangkang bulat terbuat dari plastik yang di dalamnya berisi souvenir.
Acara sebenarnya masih berlanjut ke toko souvenir Moe, tapi saya dan teman pamit terlebih dahulu. Mau langsung menuju bandara Haneda, terbang pulang jam empat lima waktu Jepang.
Oia, pemandu tour Akihabara Afternoon Tour with Kawaii Guide namanya Ayami dan Minami.
wah jadi ada teman baru pas ikutan tour gini ya ditemenin pula mas ahmed.
Iya seru, rame jadi pede kan kalau rombongan nggak kayak orang holang gitu, haha…
Duh, itu dikasih nomer kontak pribadi gak sama pemandu kawaii-nya? Hehehehe
Dikasih dong, kan awalnya emang buat janjian Meet Up. Eh tapinya mau diseriusin chat WA, mudur teratur saya. Soalnya doi balasnya pake huru Kanji hahaha…
diliat dari tanggal wisatanya sih ini wisata (masih) rencana ya. tapi keren lah detailnya, aku pun udh lama ngidam pengen ke Jepang euy ^__^
Yeey, aseek ada yang pengin ke Jepang juga. Pake Traveloka ajah nanti pesan hotel dan nyar rimah makan atau paket wisata gitu…. 🙂
Traveloka memang kawan sejati buat traveller
Nah iya Traveloka memang joss andalan
Wah jadi pingin jalan-jalan ke luar negeri nih
Bagusnya diluar negeri itu karena orang-orangnya pada jalan kaki semua. Beda dengan Indonesia, lebih banyak yang berkendaraan pribadi daripada umum 😦
Seru yah mas, perjalanannya ternyata di Jepang. Negara idaman saya juga tuh 🙂 hehe