Desain Dari Penulis Sendiri

Semar, Garuda, Nogogeni, dan Sapuangin. Nama-nama yang unik dan menarik. Dari makna nama masing-masing saja, sudah mengambarkan ada kekuatan energi dari alam. Semar dalam cerita pewayangan Jawa mempunya senjata dari gas perutnya. Garuda bersama Sapuangin bergerak mengandalkan kekuatan udara. Sedangkan Nogogeni yang berarti Naga Api (Jawa), hewan mitologi yang bergerak atas kehendak angin dan mempunyai senjata nafas api. Itulah keunikan makna keempat nama di atas. Tapi sebenarnya, siapa mereka?

Mereka adalah nama tim sekaligus nama kendaraan Prototype dan Urban Concept. Sebagai tim, mereka (bersama 6 tim lainnya) mewakili Indonesia di ajang Shell Eco-Marathon Asia (SEMA) yang berlangsung dari 7 sampai 11 Maret 2018. Sebagai kendaraan, mereka berusaha membuktikan bisa membuat mobil paling hemat energi untuk masa depan.

Usaha mereka membuktikan bisa membuat mobil hemat energi, berhasil di tahun 2018 ini. Tim Semar dari Universitas Gajah Mada Yogyakarta, meraih juara pertama Drivers’ World Championship. Selain itu, Tim besutan tim mahasiswa Teknik Mesin ini juga meraih juara kedua kategori Internal Combustion Engine konsep Urban, dan juara keempat Battery Electric konsep prototype.

Sumber: shellmakethefuture.tumblr.com

Tim Semar tentu bukan tim yang baru pertama kali berprestasi di SEMA 2018 yang diadakan di Changi Exhibition Centre, Singapura. Sejak SEMA pertama kali di Malaysia tahun 2010, tim Semar sudah ikut serta dan berprestasi.

Begitu juga dengan Tim Garuda UNY Yogyakarta. Di SEMA 2018, Tim yang pertama kali dibentuk tahun 2012 ini berhasil menyabet tiga juara sekaligus, yakni Juara Pertama Safety Awards, Juara Ketiga Kategori Urban Internal Combustion Engine (ICE), dan Juara Ketiga Drivers’ World Championship (DWC) Regional Asia.

Untuk Sapuangin, kendaraan hemat energi milik tim ITS ini berhasil merebut juara pertama dalam SEM Asia 2018 kategori Urban Concepts – Internal Combustion Engine (ICE) dan juara dua untuk kompetisi balap final Drivers’ World Championship (DWC) Asia 2018. Sedangkan Nogogeni berhasil meraih juara runner up SEM Asia 2018 kategori Urban Concepts – Battery Electric.

Tim lainnya dari Indonesia yang ikut serta di SEMA 2018 adalah Tim Bengawan 1 dan Tim Bengawan 2 dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Tim Pandawa dari Universitas Negeri Semarang (Unnes), Tim Mesin Polnep Diesel dari Politeknik Negeri Pontianak, Tim Wasaka dari Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin, dan Tim Mesin UM Pontianak dari Universitas Muhammadiyah Pontianak.

Desain Dari Penulis

Make The Future

Apa yang digagas oleh Shell 79 tahun yang lalu dan bertahan sampai saat ini, menarik secara konsep serta operasionalnya. Secara konsep, ide kompetisi Shell Eco-Marathon ingin terus mencari energi yang lebih bersih dan berkelanjutan. Dengan kata lain, tujuan besar dari  Shell Eco-Marathon secara konsep ingin menjawab permasalahan permintaan energi yang terus tumbuh dan berkembang dengan pesat. Permintaan ini karena meningkatnya arus urbanisasi, standar hidup, dan pertumbuhan penduduk tidak diimbangi dengan ketersediaan energi di alam.

Nah tantangan tersebut pada akhirnya dicari solusinya di ajang Shell Eco-Marathon yang diadakan setiap tahun dan saat ini diadakan di kawasan Asia, Amerika dan Eropa. Masing-masing peserta ditantang menciptakan mobil masa depan yang dapat menempuh perjalanan terjauh dengan menggunakan sumber energi paling hemat serta memenuhi standar keamanan.

Sumber: shellmakethefuture.tumblr.com

Kuncinya adalah efisiensi bahan bakar yang digunakan di kendaraan prototype dan urban concept. Apa yang dilakukan oleh tim Semar, Garuda, Nogogeni, dan Sapuangin sehingga meraih prestasi di SEMA 2018, karena telah berhasil membuktikan tantangan efisiensi bahan bakar yang diberikan dalam kompetisi. Oleh karena itu, tim Semar, Garuda, dan Sapuangin berhak mengikuti ajang Drivers World Championship Grand Final di London, Inggris, yang akan diselenggarakan pada 8 Juli 2018.

Berikut catatan pencapaian jarak dari ketiga pemenang UrbanConcept kategori Internal Combustion Engine (Mesin Pembakaran Dalam) di SEMA 2018 sebelum mereka mengikuti final Shell Eco-marathon Drivers World Championship – Regional Asia di ajang yang sama. ITS Team 2 (Institut Teknologi Sepuluh Nopember) dengan 315 km/liter, Semar Urban UGM Indonesia (Universitas Gadjah Mada) dengan 267 km/liter, Garuda UNY Eco team (Universitas Negeri Yogyakarta) dengan 215 km/liter.

Dari catatan pencapaian jarak ketiga pemenang tersebut, bisa dibayangkan dalam pikiran tidak, betapa efisiensinya bahan bakar yang digunakan oleh mereka? Sayang catatan rekor di Singapura kemarin dipecahkan oleh tim Panjavidhya 1 dari Panjavidhya Technological College, Thailand dengan catatan 2,341.1 km / liter untuk kategori Mesin Pembakaran Internal. Tim ini mengalahkan rekor tahun lalu 2.288,9 km / liter.

 


Update 10 Juli 2018: Ajang Grand Final Drivers World Championship telah diselenggarakan pada 8 Juli 2018 di Queen Elizabeth Olympic Park London, Inggris. Membanggakan Indonesia, karena Tim Sapuangin dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berhasil menyabet juara pertama. Sementara itu, Tim Semar Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Tim Garuda Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) menduduki peringkat ke-8 dan ke-9.

Juara Shell-Eco Marathon World Driving Championships 2018 akan memperoleh hadiah dan pengalaman yang sangat berharga dari panitia lomba. Pemenang akan mendapatkan undangan untuk mengunjungi markas Scuderia Ferrari di Italia. Pemenang akan berpartisipasi dan workshop dan belajar dari para pakar di Ferari. Dikutip dari ristekdikti.go.id

Sumber: ristekdikti.go.id

Sumber: Antara, Press Release Fakultas Tehnik UGM, Info Iptek Dikti, Shell.com, Shell.com