Foto Bersama Setelah Sesi Sharing

Starbucks. Mahal dan berkelas begitu kata pikiran saya mendengar merek gerai kopi satu ini. Saya sudah lama jadi pecandu kopi tapi kalau urusan beli kopi nggak pernah saya ke Starbucks. Ya itu tadi tidak sesuai dengan isi dompet dan gaya saya. Saya cukup beli yang sachet-an di warung dekat rumah untuk minum kopi pagi dan malam hari.

Sekali-kalinya saya masuk Starbucks itupun ditraktir teman sewaktu kopdar antar kompasianers. Setelah kopdar itu bokong saya tidak pernah duduk di bangku Starbucks.

Traktir dan gratis. Nah itu baru soal lain kalau misalnya ada yang mengajak saya ke Starbucks lagi pake syarat dua itu. Seperti hari Sabtu kemarin (30/08) saya diundang Mbak Rhesya Agustine mencicipi kopi Starbucks. pikir saya “kalau diundang berarti gratis dong.”

Saya yang tak pernah masuk ke Stasiun Beos rela pergi ke sana demi gratisnya kopi Starbuck. Jam 9 pagi saya sudah keluar rumah menuju halte busway Departemen Pertanian. Sampailah saya ke Stasiun Kota hanya dengan sekali transit di halte Monas jam 11 lewat banyak.

Sampainya saya di sana rupanya sudah ditunggu banyak orang. GR saya pun kambuh “Waduh, sudah kayak artis ajah tanpa saya acara belum dimulai.” Untung Mbak Rhesya langsung mencairkan ke-GR-an saya yang makin menjadi. Menyambut saya ramah pakai poto-poto berdua pula.

Beginilah suasana Kopdar Blogger BRid di Store Starbucks Stasiun Kota

Minuman dingin berwarna merah diantar oleh Barista ke hadapan setelah saya duduk menenangkan diri semenit lebih. Sembari menyeruput minuman mata memandang luas Store Starbucks ini. dinding-dinding dibiarkan berwarna putih kusam. Lampu-lampu gantung dibiarkan menyala temaram. Jendela lebar berjeruji kayu dan pintu dibiarkan tertutup rapat di salah satu dindingnya. Jika saya disuruh menyebut satu kata apa untuk mengambarkan desain store ini terbetik kata museum. lalu kata kedua dan ketiga adalah Art Deco dan kopi.

“Sajian kopinya mana?” saya protes diam-diam setelah hampir menghabisi minuman merah di genggaman. Selanjutnya saya lebih memilih menunggu sajian kopi daripada teman-teman Blogger lakukan, mengisi kuisioner tentang Store Heritage Starbucks di sini.

Saya hanya melihat-lihat lembaran kuisoner tanpa menjawab satu pertanyaan pun. Bukannya saya malas menjawabnya tapi karena tulisan tangan saya nggak mudah dibaca orang lain dan kalau sudah menulis pakai pulpen atau alat tulis apapun, lama saya menyelesaikannya.

Ribet dan merepotkan diri sendiri, maka dari itu saya lebih memilih memotret satu dua pertanyaan kuisoner. “Bagaimana menurut anda dengan lokasi gerai starbucks ini?” “Dengan lokasi di sini, menurut anda dari mana saja potensi pengunjung ke gerai ini?” “Bagaimana menurut anda dengan desain store gerai Starbuks ini?”

Cukup  tiga pertanyaan yang kepotret, lainnya kefoto tapi nggak bisa dibaca. Jawaban pertama: Lokasi Gerai di Stasiun Beos ini sangat tepat buat tempat transit commuter yang membutuhkan ruang privasi serta kesegaran aroma dan rasa kopi. Paling banyak potensi pengunjung ke gerai Starbuks ini tentu para commuter yang sering ulang-alik naik kereta dari dan menuju Stasiun Kota, itu jawaban dari pertanyaan kedua. Terakhir,  desain gerai Starbuks ini unik, memadukan citarasa heritage dan modern

Ayo Ke Museum

Salah satu Barista menghampiri meja saya di saat sibuk memotret kertas kuisoner. Dia meletakkan kopi berukuran gelas putih plastik kecil dan Cinnamon Cake di hadapan. Tengok kanan kiri teman-teman pun di sediakan sama. Saya dan teman-teman Blogger pun paham inilah saatnya show time: Coffe Tasting. Bagaimana tidak paham karena masing-masing dari kami sudah tahu rundown acara di Store Starbuck ini.

Kopi Sumatera dan Cinnamon Cake

Fokus teman-teman Blogger pun teralihkan ke welcoming speech Mbak Rhesya selaku Digital Marketing Manager at PT. Sari Coffee Indonesia (Starbucks Indonesia). Kami pun tahu ternyata undangan gratis ini sekedar syukuran, berbagi kebahagiaan kepada warga Jakarta atas dibukanya Store Heritage Starbuck di Stasiun Kota.

Mbak Rhesya pun memperkenalkan satu per satu crew Starbuks dan tak lupa juga menginfokan bahwa di Coffe Shop ini sedang ada promo. Promo itu bernama Ayo Ke Museum. “Promo Ayo Ke Museum Bertujuan ingin mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk berkunjung ke Museum,” kata Mbak Rhesya yag bekerja di Starbucks Indonesia sejak Mei 2014 ini. “Museum sebenarnya tempat yang menarik untuk membaca sejarah secara live dan visual,” tambahnya.

Mbak Rhesya Agustine

Promo ini berupa dua tiket masuk museum akan diberikan gratis ke customer jika customer membeli Coffe Cup setiap hari Kamis di Gerai Starbucks. Di belakang tiket tertera lima pilihan Museum. Saya sendiri kebagian satu tiket gratis ke Museum Nasional, Museum Proklamasi, Museum Fatahillah, Museum Keramik dan Museum Wayang.

Membaca lebih lanjut bagian belakang tiket, tiket gratis berlaku hanya untuk satu orang dan tiket berlaku untuk satu kali kunjungan ke salah satu museum yang tertera di tiket. Promo Ayo Ke Museum ini berlaku sampai 31 Desember 2014. “Promo ‘Ayo Ke Museum’ ini ada di kota Jakarta, Bandung, Solo, Yogyakarta dan juga ada di 19 museum di kota-kota tersebut,” jelas Mbak Rhesya.

Tiket Promo Ayo Ke Museum

Coffe Tasting

Saya sebenarnya sejak ada hidangan satu cup kecil kopi dan Cinnamon Cake sampai habisnya penjelasan Mbak Rhesya tentang promo “Ayo ke Museum,” bertanya-tanya dalam hati. “Dua sajian ini apa nggak tabrakan rasanya di mulut? Manis kue ketemu manisnya kopi biasanya rasa kopi akan jadi hambar. Pengalaman saya begitu.”

Kecuali. Ya kecuali kalau kopinya pahit atau kuenya yang pahit. Kalau Cinnamon Cake rasanya tak mungkin karena terbuat dari coklat. Rasa penasaran saya tak menunggu lama. Sesudah Mbak Rhesya memperkenalkan Barista Erick Glenn Imanuel Jozev, dia pun langsung mempersilahkan pria berseragam hitam itu melakukan demo yang disebut “Coffe Tasting.”

Mas Erick Glenn Imanuel Jozev Sedang Mendemokan Coffe Cupping

“Jadi yang akan saya demokan pada kalian sebenarnya ritual sehari-hari barista-barista Starbucks menikmati kopi,” Ujar Mas Erick sebagai pengantar. Pengalaman ritual tersebut oleh Mas Erick ingin dibagi kepada kami yang hadir agar kami mempunyai experience yang sama tentang cita rasa kopi.

Pria yang seketika digandrungi para blogger cewek yang hadir ini, memperkenalkan kopi apa yang ada di hadapan masing-masing Blogger. “Kopi yang ada di genggaman kalian masing-masing adalah Kopi Sumatera. Sedikit fakta tentang kopi Sumatera adalah kopi jenis ini merupakan kopi favorit CEO Starbucks, Howard Schultz,” kata Mas Erick

Saya berpikir sembari memperhatikan instruksi pertama dari Mas Erick, “Benar juga ya, masa orang yang kerjaannya meracik dan menyajikan kopi nggak kenal kenikmatan dari masing-masing jenis kopi. Pantas ada ritual Coffe Tasting ini biar para Barista Starbucks peka akan rasa dan bau jenis kopi. Bisa berabe kalau ada Barista jawab nggak tahu kalau ada customer nanya ini itu tentang rasa kopi.”

Pertama Mas Erick mengajarkan tahap mencium bau Kopi Sumatra (Tasted). “Mantap, kayak minum Wine,” celetuk Kang Arul. “Halah, biasanya minum Bandrek ajah,” sambut Mas Rosid menjawab celetukan. “Kira-kira ada rasa aroma apa yang tercium?” tanya Chief Supervisor Starbucks Stasiun Kota.

Awalnya kami bingung ditanya seperti itu, “Ya iyalah saya sendiri bingung, kopi ya aromanya kopi.” Namun pelan-pelan kami paham, bau kopi adalah asam (Acid) setelah mencium aroma kopi berkali-kali.

Saya sendiri setelah mengendus agak lama mencium aroma lain yaitu bau cream, entah benar atau tidak saya tak menanyakan lebih lanjut ke Mas Erick mengenai bau cream ini. Oia, belakangan saya tahu ternyata tahap tasted ini bukan hanya mencium aroma kopi tapi menghirup bau yang keluar dari kopi.

“Tahap kedua dan ketiga adalah Slurp And Spread,” kata Mas Erick disusul dia mencontohkan terlebih dahulu. Sedikir air kopi diseruput dulu lalu baru dikumur eh disebar ke seluruh rongga mulut dan penjuru lidah.

“Tujuan tahap ini agar syaraf-syaraf perasa di penjuru lidah merasakan semua rasa kopi,” jelas Mas Erick. Semua kompak menjawab “pahit” ketika ditanya ada rasa apa. “Jangan salahkan rasa pahit pada kopi karena rasa pahit adalah balancer dari rasa manis.”

Tahap keempat ini yang menarik buat saya. Cinnamon Cake yang ada di hadapan masing-masing oleh Mas Erick disuruh makan lalu ketika potongannya berada di mulut, seruput kopi pahit tadi. Tahap ketiga ini menginggatkan saya akan experience yang sering saya lakukan. Sama, kopi diseruput ketika mulut masih mengunyah penganan, tapi biasanya penganan saya adalah singkong rebus atau ketan.

Tujuan tahap keempat ini agar lidah bisa merasakan keseimbangan rasa antara pahitnya kopi dan manisnya Cinnamon Cake. Selesailah sudah 4 tahapan Coffe Tasting atau Coffe Cupping.

The Four Fundamentals of Brewing Starbucks Coffee.

Rasanya ingin menyudahi tulisan ini karena sudah kepanjangan, tapi sayang karena masih satu lagi pengetahuan kopi yang saya dapatkan. Pengetahuan kopi ini didapat dari Mas Erick tentang cara membuat kopi yang benar ala Starbuks.

Atau begini saja biar tidak kepanjangan postingan ini, pembaca bisa langsung membaca ilmu itu di The Four Fundamentals of Brewing Starbucks Coffee. Dan saya sudahi tulisan ini dengan kesan tterhadap event yang telah saya ikuti.

Tahu peribahasa “sekali dayung, dua pulau terlampaui?” Nah di event Starbucks ini juga saya merasa mendapat dua ilmu sekaligus padahal hanya sekedar menikmati kopi. Pertama pengetahuan tentang sejarah heritage bangunan Stasiun Kota dan kedua pengetahuan tentang kopi. Istilahnya, sekali menikmati kopi dua ilmu pun didapat.