Tujuannya untuk menyamakan frekuensi. Bila frekuensi sudah sama, antara 2 makhluk saling enak berkomunikasi non verbal selanjutnya. Bahkan saling memahami dan saling mempengaruhi ketika ada komunikasi verbal, walau misalnya hanya menggunakan “bahasa Tarzan”.
Pernah lihat acara antar satwa berinteraksi? Ya bisa lihat di acara mana saja terpenting bertema satu keluarga hewan sedang berinteraksi. Misal induk kijang dengan anaknya atau induk singa dengan anaknya. Salah satu yang menarik untuk diamati ketika mereka berdua antara induk dan anak saling beradu kepala. Nah begitulah adu kepala mereka berdua ingin menunjukkan bahwa frekuensi KASIH SAYANG di antara mereka berdua telah sama dan tersambung.
MERANGKAK
Bagaimana dengan manusia, adakah satu moment adu kepala yang bertujuan menyampaikan pesan KASIH SAYANG? Sebenarnya ada namun sebagian banyak yang melewati satu moment tersebut. Moment itu terjadi ketika anak seusia kurang lebih 10 bulan belajar lalu lancar merangkak.
Di moment inilah peran Ayah mulai masuk menyampaikan pesan benih-benih KASIH SAYANG ketika berinteraksi intens dengan anaknya. Kalau Ibu sudah di saat bayi menyusui yang dinamakan moment PELUKAN. Dengan tujuan menyampaikan frekuensi, Ayah mau tak mau harus merangkak juga ketika berinteraksi dengan anaknya yang memang baru bisa merangkak.
Bisa ditebak ketika Ayah bermain-main dengan anaknya dengan cara merangkak, ada moment ADU KEPALA. Dari bagaimana si anak mendatangi Ayah lalu tidak spontan mengendong, adukan kepala terlebih dahulu biar si anak merasakan frekuensi komunikasi non verbal KASIH SAYANG dari ayahnya. Tentu ADU KEPALA dengan cara main-main misal seperti saling mengosok atau mengesek antar kepala.
Sampai di sini, terjadi debat kalau cara Ayah mendidik anaknya dengan KETEGASAN bukan seperti itu. Manakah yang benar? Belajar dari interaksi dan komunikasi non verbal antara induk hewan dengan anaknya, di sinilah moment yang tepat bagi si Ayah untuk menyampaikan pesan benih KASIH SAYANG.
Lalu apa yang terjadi selanjutnya ketika proses ADU KEPALA intens terjadi? Ya itu tadi efeknya positif, yakni saling memahami serta saling mempengaruhi karena frekuensi mereka berdua sudah sama. Tetapi apakah moment ADU KEPALA itu penting sehingga setidaknya Ayah harus mengalami moment itu? Nah ini dia bila sudah terjadi saling memahami dan mempengaruhi antara Ayah dan anaknya, maka kedekatan yang hangat antara Ayah dengan anaknya tersambung terus sampai anak dewasa.
*** Tulisan ini terposting berkat koneksi XL yang saya gunakan. Terimakasih XL karena paket XTra Combo-nya membuat saya puas lalu bisa menayangkan tulisan spontan ini di blog.
** foto ilustrasi sumber dari liputan6.com
semacam kontak batin gtu ya mas hehehe… jdi ingat film suku indian itu,sy lupa jdul filmnya tpi jka mrk menganggap satu sm lain kluarga maka salamnya dgn saling menempelkan kepala satu sm lain…
Eh iya bener. Komunikasi nonverbal kadang justru lbh dalem maknanya ketimbang verbal. Aku juga sering liat gmn kucing2 berinteraksi dg cara menggerakkan ekor, menaikkan posisi telinga, ndusel2, dll… Respon komunikasi itu berbeda, tergantung aksi seperti apa… Xixix
kadang kala kami juga melakukan ini untuk menunjukkan kedekatan sambil menatapnya
Tulisan spontan berkat sinyal mantap. Memang koneksi internet pengaruh banget yak.
gimana caranya adu kepala sama anak kalau belum punya anak? hahaha
Menempelkan dahi ya? Saya dan suami dulu juga suka melakukan hal ini ke anak, untuk menunjukkan rasa sayang. Dan pelukan juga bagus dilakukan untuk sesama anggota keluarga setiap hari. Katanya pelukan dari orang yang disayang bisa membuat hati nyaman sepanjang hari.